AGAMA DAN KOMUNITAS: KEDEWASAAN DALAM BERAGAMA MENURUT PANDANGAN EVANS-PRITCHARD



Cicilia Damayanti(1*),

(1) Fakultas MIPA, Universitas Indraprasta PGRI
(*) Corresponding Author

Abstract


Setiap orang membutuhkan agama sebagai pegangan dalam hidupnya. Kehidupan beragama bagi sebagian orang merupakan ranah pribadi yang tidak dapat diganggu gugat oleh orang lain. Melalui penelitian Edward Evan Evans-Pritchard yang ditulis oleh Daniel L. Pals, kita dapat melihat bahwa ternyata agama juga merupakan wilayah publik. Agama dapat menjadi sarana untuk setiap orang berkumpul dalam komunitasnya. Pertanyaan yang muncul adalah: Bagaimana agama ini berkembang? Apa perannya dalam hidup bermasyakarat? Mengapa agama menjadi pegangan dalam hidup mereka? Apa relevansinya untuk hidup masyarakat sekarang? Penelitian dalam artikel ini menggunakan metode pendekatan kualitatif melalui kajian pustaka yang bersumber dari buku-buku yang ditulis oleh Daniel L. Pals tentang agama-agama asli di Afrika. Melalui penelitian dari beberapa agama asli ini kita dapat belajar untuk menghidupi agama yang berkembang saat ini. Sehingga saat ini yang menjadi perhatian bersama adalah bahwa tujuan agama yang baru untuk mengembangkan simpati dengan menanamkan semangat persaudaraan universal. Hal yang baik berasal dari hati yang penuh cinta yang ditanamkan lewat cinta yang terbentuk dari membayangkan (imajinasi) dan untuk memiliki kepekaan untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain melalui iman mereka.

Full Text:

PDF

References


Annas, Julia and Grimm, Robert H. (1988). Oxford Studies in Ancient Philosophy: Supplementary Volume. Oxford: Clarendon Press. Geertz, Clifford. (1973). The Interpretation of Cultures: Selected Essays. New York: Basic Books, Inc., Publishers. Gutek, Gerald Lee, ed. (2004). The Motessori Method: The Origins of an Educational Innovation: Including an Abridged and Annotated Edition of Maria Montessori’s The Montessori Method. Lanham: Rowman & Littlefield Publisher. INC. Henry, Devin and Nielsen, Karen Margrethe. ed. (2015). Bridging The Gap Between Aristotle’s Science and Ethics. Cambridge: Cambridge University Press. Kartono, St. (2019). “Guru Mestinya Memanusiakan Teknologi.” Kedaulatan Rakyat, 4 Januari 2019. Koning, Robin, SJ. (2005). Clifford Geertz’s Understanding of Culture as an Anthropological Resource for Theology: A Lonergan Reading. Dalam Philosophy Of Culture: Collected Articles for Doctorate Programme. (2018). Compiled by: M. Sastrapratedja. Jakarta: Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Magnis-Suseno, Franz. (2009). Menjadi Manusia: Belajar dari Aristoteles. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Manurung, Butet. (2007). Sokola Rimba, Yogyakarta: Insistpress. Nussbaum, Martha. (2010). Not for Profit: Why Democracy Needs the Humanities. Princenton: Princenton University Press. Nussbaum, Martha. (2011). “Reinventing the Civil Religion: Comte, Mill, Tagore.” In Victorian Studies, Vol. 54, No. 1, p. 7-34. _______________. (2013). Political Emotions: Why Love Matters for Justice. Cambridge: The Belknap Press of Harvard University Press. Pals, Daniel L. (2006). Eight Theories of Religion. Oxford: Oxford University Press. Sudiarja SJ., A. Ed. (2006). Karya Lengkap Driyarkara: Esai-Esai Filsafat Pemikir Yang Terlibat Penuh Dalam Perjuangan Bangsanya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Wibowo, A. Setyo. (2017). Paideia: Filsafat Pendidikan – Politik Platon. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.




DOI: https://doi.org/10.30998/jagaddhita.v1i1.806

Article Metrics

Abstract Views : 735 | PDF Views : 1647

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2021 JAGADDHITA: Jurnal Kebhinnekaan dan Wawasan Kebangsaan

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.