Oralitas Sekunder Dan Literasi Digital Masyarakat Indonesia



Rizki Saga Putra(1*),

(1) Universitas Indraprasta PGRI
(*) Corresponding Author

Abstract


Studi ini bertujuan untuk memberi gambaran bahwa kebutuhan dasar manusia akan tujuan, kebebasan, serta konektivitas yang sangat dipermudah oleh teknologi bisa jadi merupakan pekerjaan rumah yang cukup besar mengingat masyarakat Indonesia bisa dikatakan melompati era literasi yang justru sangat dibanggakan masyarakat Eropa pada masa pencerahan, di mana pengetahuan berumbuh pesat pada zaman itu. Minat baca yang merupakan tingkat literasi tahap awal sampai detik ini belum berkembang menjadi sebuah budaya yang mengakar bahkan cenderung tergerus oleh budaya tutur yang dimediasi teknologi multimedia. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat Indonesia semakin tertinggal jauh terkait dengan budaya literasi. Budaya oralitas sekunder di mana bentuk audio-visual jauh lebih banyak digemari ketimbang budaya baca yang justru menyebabkan homo digitalis berevolusi menjadi homo brutalis dengan meninggalkan pemikiran kritis dan mengedepankan viralitas dibandingkan fakta serta kompetensi pemberi pesan. Kenyataan pahit terpampang nyata dimana hoax menjelma menjadi sebuah epidemi di tengah hiruk pikuk pesan viral yang jauh meninggalkan kredibilitas sumber pesan. Meningkatkan literasi dengan menumbuhkan minat baca dan pemikiran kritis atas kebenaran sebuah informasi menjadi tantangan terbesar kita sebagai homo digitalis agar tetap bertahan di tengah buaian teknologi komunikasi. Karena jangan sampai buaian teknologi membuat jari lebih aktif berkembang ketimbang otak kita dalam runtutan evolusi manusia.

 


Keywords


Literasi Digital; Oralitas Sekunder; Media Digital; Budaya Digital

Full Text:

PDF

References


BBCnews.com. (2020). Kasus Anji : Kontroversi soal klaim obat Covid-19, perlukah kode etik bagi influencer?

Best, S. (2020). (2020). Walter J. Ong, Orality and Literacy (1982). Public Culture 32(2).

Birkerts, S. (1994). The Gutenberg elegies: The fate of reading in an electronic age. Ballantine Books.

Carr, N. (2010). The shallows: How the Internet is changing the way we think, read and remember. Atlantic Books.

CNN Indonesia (2021). Kapten Vincent ungkap korelasi pesawat tua dan kecelakaan. https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20210111161513-199-592259/kapten-vincent-ungkap-korelasi-pesawat-tua-dan-kecelakaan

Fadilla, A. (2022). Polarisasi Istilah Cebong, Kampret, Kadrun, Hingga BuzzeRp di Twitter. Katadata.Co.Id. https://katadata.co.id/aryowidhywicaksono/berita/625cfbf560363/polarisasi-istilah-cebong-kampret-kadrun-hingga-buzzerp-di-twitter?utm_source=Direct&utm_medium=Sub-Kanal Berita Nasional Detail&utm_campaign=Baca Juga Redaksi Pos 1

Greenfield, S. (2016). Proceedings of the [British] House of Lords, 20 April. http://www.publications.parliament.uk/pa/ld200506/ldhansrd/vo060420/text/60420-18.htm

Guo, L., Rohde, J. A., & Wu, H. D. (2020). Who is responsible for Twitter’s echo chamber problem? Evidence from 2016 US election networks. Information, Communication & Society, Vol 23 No., 234–251.

Hamilton, K. A., & Yao, M. Z. (2018). Cognitive offloading and the extended digital self. Lecture Notes in Computer Science (Including Subseries Lecture Notes in Artificial Intelligence and Lecture Notes in Bioinformatics), 10901 LNCS, 257–268. https://doi.org/10.1007/978-3-319-91238-7_22

Hardiman, F. B. (2018). Homo Digitalis. Diunduh dari https://www.kompas.id/baca/opini/2018/03/01/homo-digitalis

Kim, H., Sefcik, J. S., & Bradway, C. (2017). Characteristics of Qualitative Descriptive Studies: A Systematic Review. Research in Nursing and Health, 40(1), 23–42. https://doi.org/10.1002/nur.21768

Mansyur, U. (2019). Gempusta: Upaya Meningkatkan Minat Baca. Prosiding Seminar Nasional Bahasa Dan Sastra II FBS UNM, December, 203–2017. https://osf.io/va3fk

Mogea, T., & Joshua, S. R. (2022). English Learning Management In High School:(Classroom Action Study). Specialusis Ugdymas, 2(43), 1896–1906.

Nguyen, A., & Vu, H. T. (2019). Testing popular news discourse on the “echo chamber” effect: Does political polarisation occur among those relying on social media as their primary politics news source? 24(5).

Nurhablisyah, & Raharja, D. M. (2022). Problematika Sosial Di Balik Citra Drama Korea: Sebuah Tinjauan Budaya Visual. Komunikasi, 02(01), 20–31. https://www.journal.unindra.ac.id/index.php/gandiwa/article/download/1177/991

Saxberg, N. F. (2015). Homo Digitalis: How Human Needs Support Digital Behavior For People, Organizations And Societies. Amazon-Kindle, 201. https://www.amazon.co.uk/Homo-Digitalis-Behavior-Organizations-Societies-ebook/dp/B012CZSVHE

Sihabudin, A. (2013). Literasi Media dengan Memberdayakan Kearifan Lokal. Communication, Vol 4 No 2.

Törnberg, P. (2018). Echo chambers and viral misinformation: Modeling fake news as complex contagion. PLoS ONE, 13(9). https://doi.org/10.1371/journal.pone.0203958

We are social. (2022). Digital Indonesia in 2022. https://wearesocial.com/digital-2022

White, A. (2014). Digital Media and Society: Transforming Economics, Politics and Social Practices. Springer.




DOI: https://doi.org/10.30998/g.v2i2.1373

Article Metrics

Abstract Views : 347 | PDF Views : 414

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2022 Rizki Saga Putra

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.

Editorial Office:
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM)
Universitas Indraprasta PGRI

Address: Campus A Building 3, 2nd Floor | Jl. Nangka No. 58 C (TB. Simatupang), Kel. Tanjung Barat, Kec. Jagakarsa, Jakarta Selatan 12530, Jakarta, Indonesia.Jl. Nangka No. 58 C (TB. Simatupang), Kel. Tanjung Barat, Kec. Jagakarsa, Jakarta Selatan 12530
Phone: (021) 7818718 – 78835283 ext. 123 | Close in sunday and public holidays in Indonesia
Work Hour: 09.00 AM – 08.00 PM


View Gandiwa Jurnal Komunikasi Stats

 

Creative Commons License

Gandiwa Jurnal Komunikasi is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.